Diberdayakan oleh Blogger.

Biografi

Go Lan Fang : Sastrawan dan Aktivis Tionghoa Surabaya


Go Lan Fang lahir di Banjarmasin pada tanggal 5 Maret 1970 dari pasangan Johnny Gautama dan (Alm.) Yang Mei Ing, sebagai anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya bernama Janet Gautama. Pada tahun 1988, ia menyelesaikan SMA-nya di Banjarmasin lalu meneruskan dan menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Surabaya (UBAYA).Walaupun terlahir dalam keluarga keturunan Cina yang cukup konservatif dan lebih berkonsentrasi kepada dunia bisnis, Lang Fang sudah suka menulis dan membaca sejak usia sekolah dasar.Sebetulnya keinginan Lan Fang untuk menulis cerpen sudah mulai ada sejak SMP ketika bacaannya mulai beralih kepada majalah-majalah remaja seperti Anita Cemerlang dan Gadis. Tetapi karena dianggap "ganjil" dan "tidak tertangkap mata" oleh keluarga, tidak ada motivasi kuat untuk mempertajam talentanya. Keinginan menulis pun terlupakan begitu saja.

Ibu Lan Fang mulai menulis sejak 1986. Karya-karyanya menjuarai lomba di tabloid Nyata dan novelette Femina 1998, 1999, 2003 dan 2005. Ibu Lan Fang telah menerbitkan: Reinkarnasi (2003), Pai Yin (2004), Kembang Gunung Purei (2005), Laki-laki yang Salah (2006), Yang Liu (2006), Perempuan Kembang Jepun (2006), Kota Tanpa Kelamin (2007), Lelakon, Ciuman di Bawah Hujan (2010). Di tahun 2009 ia juga menerbitkan buku cerita anak: Kisah-kisah si Kembar Tiga (2009). Dan akan menerbitkan kumpulan puisi Ghirah Gatha.

Ibu Lan Fang adalah sastrawan perempuan yang sangat potensial yang dimiliki Surabaya dan Indonesia secara umum. Lan Fang juga dikenal memiliki semangat luar biasa untuk terus berkarya. Ibu Lan Fang juga aktif sebagai aktivis Tionghoa dan sebagai pemimpin redaksi di Buletin Margo Utomo. Selain karya-karyanya yang banyak, Lan Fang selama ini dikenal sebagai “Gus Durian” atau pengikut Gus Dur. Karena itu tidak aneh jika selama ini dia banyak dekat dengan sejumlah tokoh ulama dari kalangan Nahdlatul Ulama.

Ibu Lan Fang meninggal dunia pada tanggal 25 Desember 2011 di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura, karena penyakit kanker hati. Beliau meninggalkan 3 anak kembarnya  yang masih berusia 14 tahun.