Oleh : Patricia Anais - Grade 8
Juli 2009, Surabaya
"Chris, kenalin, ini pacarku Elena. Kita ketemu bulan lalu di Starbucks," ujar Sam dengan bangga. Ia tengah menggandeng seorang gadis semampai berambut panjang kecoklatan. Chris pun kontan berkata, "Wah, selamat ya...longlast! Kok bisa jadian?"

Beberapa bulan kemudian, Elena mulai sering datang ke apartemen mereka. Karena Chris dan Sam tinggal bersama, Chris yang biasanya menemani Elena menunggu Sam pulang. Elena yang ia kira pemalu itu ternyata orangnya sangat ceria dan cerewet. Ia tak sungkan bercanda dengan Chris sambil mencubit-cubit pipinya. Bahkan kadang-kadang Chris sudah "muntab" dengan kelakuannya, tapi ia masih saja tertawa terbahak-bahak seakan-akan Chris adalah Raditya Dika yang sedang melawak.
Walau kadang-kadang Chris masih jengkel dengan kelakuan Elena, tapi lama-lama ia terbiasa juga. Pernah ia bertanya kepada Sam, "Sam, kamu ngerasa nggak sih, kalo Elena itu cereweeet banget?" "Ya, emang dia orangnya gitu. Tapi itu yang aku suka dari dia. Rasanya dia kayak nggak pernah sedih, tapi ceria terus," jawab Sam sambil tersenyum simpul.
Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, Chris juga mulai merasa "sayang" dengan Elena. Rasanya belum lengkap harinya kalau ia belum mendengar tawa renyahnya atau candaan-candaannya yang kadang nyeleneh. Elena sudah seperti sahabatnya sendiri.
Mei 2012, Surabaya
Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, Chris juga mulai merasa "sayang" dengan Elena. Rasanya belum lengkap harinya kalau ia belum mendengar tawa renyahnya atau candaan-candaannya yang kadang nyeleneh. Elena sudah seperti sahabatnya sendiri.
Mei 2012, Surabaya

"Emang ada apa?" tanya Chris ketus sambil menggosok-gosok matanya yang masih merem-melek. "Juli nanti aku nikah, Chris. Sama Elena! Kamu jadi bestman, ya," ujarnya masih dengan antusiasme yang sama. "Oh, kamu nikah..." ujar Chris masih setengah sadar. Beberapa detik kemudian, ia menyahut kaget, "Hah?! Kamu nikah?!" "Iya, aku nikah, kan tadi aku udah bilang. Kamu jadi bestman, ya," ulangnya sekali lagi.
Lalu Sam keluar dari kamar Chris. Chris masih duduk termenung di ranjangnya. Ia berusaha mencerna fakta bahwa sebentar lagi sahabatnya sebentar lagi akan menikah sambil melamun memandangi jendela kamar. Tiba-tiba ia merasa sedih, seakan ada sesuatu yang akan terenggut darinya. Entah darimana, cemburu menyergap dirinya. Ia tak tahu cemburu itu untuk siapa atau kenapa ia cemburu.
Chris masih diam. Tapi tangannya mengepal. Sambil mengerang marah ia meninju dinding kamarnya. Kulitnya mengelupas dan berdarah sedikit, tapi sakit yang ia rasakan di tangannya tak sebanding dengan sakit yang ada di hatinya. Chris lalu berusaha mengendalikan amarahnya. Ia mencuci mukanya, lalu ia memandang wajahnya di cermin sambil berpikir, "Apa ada yang salah dengan diriku? Kenapa aku merasa begitu cemburu dan marah? Masak aku suka Elena?"
Lalu dari luar kamarnya terdengar suara Elena memanggil namanya. Chris langsung keluar kamar dan mendapati di meja makan sudah tersedia sarapan untuk porsi 3 orang. "Lho, Elena, kamu kok pagi banget udah dateng?" tanyanya berusaha terdengar ramah. "Ya, habis ini kan aku sama Sam mau cari gaun sama keperluan lain. Yang lebih penting, tanganmu kenapa tuh?"
"Oh, ini? Tadi...kegores kaca pecah. Udah, nggak usah diurusin, nggak penting juga," ia berkata santai sambil menutupi tangannya yang luka. "Ehm, kamu nggak siap-siap buat nanti pergi?" tanya Chris berusaha mengalihkan pembicaraan. "Ah, perginya kan masih nanti. Kamu mau ikut?" "Nggak usah. Kamu berdua sama Sam aja kan udah cukup, ngapain aku ikut lagi? Lagian yang mau nikah kan kalian berdua," walau Chris terlihat kalem, tapi sebenarnya hatinya mencelos saat berkata demikian. "Beneran nggak mau ikut? Daripada nganggur di rumah sendirian?" Elena terlihat khawatir. "Iya, gak papa kok. Lagian aku banyak kerjaan numpuk."
Lalu terdengar suara Sam memanggil Elena, "Sayang, ayo siap-siap! Habis ini kita pergi, nanti telat!". Elena lalu pergi meninggalkan ruangan sambil menyahut, "Iya, sayang, tunggu bentar!". Mendengar itu, Chris menggenggam garpunya seperti mau menusuk orang. Tapi ia hanya diam saja. Setelah ia mencuci piring bekas makan, Chris lalu naik ke kamarnya dan mandi. Saat ia mandi, ia berusaha untuk menghiraukan rasa cemburu yang sedari tadi masih bersarang di hatinya.
Kira-kira sejam kemudian, Elena dan Sam pergi. Chris lalu berusaha sebisa mungkin menyibukkan diri. Entah bersih-bersih, menonton film, atau membaca buku. Tapi tak ada yang berhasil. Ia masih bisa merasakan cemburu itu. Sambil berharap agar cemburu itu pergi, ia lalu jatuh tertidur.
Juli 2012, Bali

5 jam yang lalu, pernikahan Elena dan Sam dilangsungkan. Segalanya berjalan dengan lancar dan sangat meriah. Seperti yang diminta Sam, Chris menjadi bestman yang bertugas membawakan cincin pernikahan. Semua yang diundang mengusahakan diri untuk datang. Suasana sangat ramai dan menyenangkan. Semuanya bergembira. Apalagi kedua mempelai yang sedang dimabuk cinta itu. Melihat kemesraan mereka, Chris semakin cemburu. Tapi ia berusaha menyembunyikannya. Separah-parahnya ia cemburu, tapi ia tetap tidak mau merusak suasana. Karena ia tahu, bahwa hal ini sangat penting bagi Elena dan Sam.
Beberapa jam kemudian, para tamu sudah mulai pulang. Tempat itu sudah mulai sepi. Chris berpikir mungkin sebaiknya ia juga pergi. Tiba-tiba tangannya ditarik seseorang. "Hayo! Mau pergi kemana? Ayo, kita foto dulu bertiga!" ujarnya bersemangat. Tanpa basa-basi Elena menggeret tangan Chris. "Ih, gak usah Len, kan bisa nanti kapan-kapan!" Chris sangat enggan berfoto-foto ria dengan mereka, mengingat perasaannya saat itu. Kan gawat, kalo aku hilang kendali terus ninju seseorang, pikirnya. Tapi Elena bersikeras, "Iya, tapi kapan lagi kita bisa foto bertiga dengan aku pake gaun pengantin? Cuma sekarang kan? Ayo, kalo gak mau aku ceburin ke pantai, lho!" mendengar ocehan Elena, Chris hanya bisa pasrah. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, di panggung terlihat Sam melambai-lambaikan tangan sambil berteriak, "Chris! Ayo foto!"
Chris hanya bisa menghela napas melihat tingkah kedua temannya itu. "Yah, apa salahnya nurutin mereka sedikit? Toh hari ini hari spesialnya mereka..." ia bergumam kecil kepada dirinya sendiri. Sesaat ia bisa tertawa lepas bersama 2 sahabatnya itu, tapi tak lama, cemburu kembali menyergap dan Chris berubah menjadi ketus lagi.
Sejam kemudian, Chris menyelinap ke pantai. Ia memandangi foto yang dari tadi ia pegang erat-erat. Tiba-tiba sebutir air mata bergulir dari matanya. Lebih banyak lagi air mata jatuh saat ia terus-menerus berkata "Kenapa?". Rasanya ingin sekali Chris menenggelamkan diri di laut kelam. Rasanya ingin sekali ia berteriak kencang dan merobek bajunya. Tapi ia sudah tak punya tenaga untuk semua itu. Cemburu selama berbulan-bulan itu telah menguras habis tenaga dan kebahagiaan Chris. Ia merasa ia sudah bukan Chris lagi.
Ia lalu berkata lagi, "Kenapa, Elena? Kenapa kamu menikahi Sam? Kenapa, Elenaaa?! Disaat masih banyak laki-laki lain...kenapa harus Sam?! Kenapaaa?!" Dengan tangan bergetar Chris menyobek foto itu menjadi 2. Ia lalu menutupi bagian foto Elena dengan bagian foto Sam. Sekarang di foto itu hanya tampak dirinya dan Sam berdiri bersebelahan. Sekilas, di foto itu, tangan mereka tampak seperti bergandengan. Ia lalu berbisik sambil sesenggukan, "Kenapa kamu menikahi Sam, Elena? Sam itu milikku..."
END
0 komentar:
Posting Komentar